Asal Usul Pohon Natal Menohok Ummat Kristen

Asal Usul Pohon Natal Menohok Ummat Kristen
Christmas atau Natal memiliki arti Mass of Christ atau disingkat Christ-Mass, diartikan  sebagai hari untuk merayakan “kelahiran Yesus”. Selain Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, merayakan Natal juga bukanlah ajaran yang berasal Bible (Alkitab) dan Yesus pun tidak pernah memerintahkan para muridnya untuk menyelenggarakannya. keperayaan ini mulai masuk dalam ajaran Kristen Katolik Roma pada abad ke empat, semula ajaran ini berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala.

Encyclopedia Britannica, yang terbit tahun 1946, menjelaskan sebagai berikut:

“Christmas was not among the earliest festivals of the church… It was not instituted by  Christ or the apostles, or by Bible authority. It was picked up of afterward from paganism.”

“Natal bukanlah upacara – upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah enyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan Pagan penyembah berhala.”

Dalam Natal, ada beberapa atribut yang tidak boleh ketinggalan, salah satu diantaranya adalah Pohon Natal atau sering disebut dengan Christmass Tree, Jutaan sampai Milyaran rupiah pernah digelontorkan untuk membuat Pohon Natal termegah dan tertinggi didunia. Tidak melulu dari pohon Cemara asli, Pohon Natal juga dibuat dari Plastik, Coklat, Lego dan bahan lainya, bahkan di India Pohon Natal dibuat dari Pohon Pisang atau Mangga.

Mitos Seputar Pohon Natal

Terdapat dua mitos yang diyakini sebagai asal muasal Pohon Natal berada dalam perayaan Natal. Peristwa pertama berawal dari kisah St. Bonifasius. Pada suatu malam natal, Ia bersama rombongan pengikutnya yang setia melintasi hutan dengan menyusuri jalan setapak Romawi kuno. Dalam perjalanannya, mereka bertemu dengan sekelompok orang yang mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah pohon Oak. Untuk menghentikan perbuatan jahat mereka, secara ajaib St. Bonifasius merobohkan pohon tersebut dengan pukulan tanggannya. Tiba-tiba saja terasa suatu hembusan angin yang dahsyat dimana pohon tersebut tumbang dengan akar-akarnya tercabut dari tanah dan terbelah menjadi empat bagian. Dari pohon Oak yang roboh itu tumbuhlah sebuah pohon cemara muda bagaikan puncak menara gereja yang menunjuk ke surga.

Mitos yang lainnya adalah saat Martin Luther, (tokoh Reformasi Gereja) sedang berjalan-jalan di hutan pada suatu malam. Terkesan dengan keindahan gemerlap jutaan bintang di angkasa yang sinarnya menembus cabang-cabang pohon cemara di hutan, Martin Luther menebang sebuah pohon Cemara kecil dan membawanya pulang pada keluarganya di rumah. Untuk menciptakan gemerlap bintang seperti yang dilihatnya di hutan, Martin Luther memasang lilin-lilin pada tiap cabang pohon cemara tersebut.

Asal Usul Pohon Natal

Diantara para penganut agama Pagan kuno ada yang memiliki kebiasaan memasang “pohon Natal”, pohon itu disebut “Mistletoe” yang dipakai pada saat perayaan musim panas, sebagai bentuk persembahan suci kepada Dewa Matahari, yang telah memberikan mukjizat penyembuhan. Kebiasaan berciuman di bawah pohon itu merupakan awal acara di malam hari, yang dilanjutkan dengan pesta makan dan minum sepuas-puasnya, sebagai perayaan yang diselenggarakan untuk memperingati kematian “Matahari Tua” dan kelahiran “Matahari Baru” di musim panas.

Rangkaian bunga suci yang disebut “Holly Berries” juga dipersembahkan kepada dewa Matahari. Sedangkan batang pohon Yule dianggap sebagai wujud dari dewa matahari. Begitu pula menyalakan lilin yang terdapat dalam upayara Kristen hanyalah kelanjutan dari kebiasaan Pagan, sebagai tanda penghormatan terhadap dewa matahari yang bergeser menempati angkasa sebelah selatan.

Encyclopedia Americana menjelaskan sebagai berikut:

“The Holly, the Mistletoe, the Yule log …are relics of pre-Christian times.”

 “Rangkaian bunga Holly, pohon Mistletoe dan batang pohon Yule…yang dipakai sebagai penghias malam Natal adalah warisan dari zaman sebelum Kristen.”

Sedangkan buku Answer to Question yang ditulis oleh Frederick J. Haskins menyebutkan bahwa:

“The use of Christmas wreath is believed by authorities to be traceable to the pagan customs of decorating buildings and places of worship at the feast which took place at the same time as Christmas. The Christmas tree is from Egypt, and its origin date from a period long anterior to the Christian Era.”

“Hiasan yang dipakai pada upacara Natal adalah warisan dari adat agama penyembah berhala (paganisme), yang menghiasi rumah dan tempat peribadatan mereka yang waktunya bertepatan dengan malam Natal sekarang. Sedangkan pohon Natal berasal dari kebiasaan Mesir Kuno, yang masanya lama sekali sebelum lahirnya agama Kristen.”

Dahulu pemasangan Pohon Natal sempat dianggap sebagai bentuk penyembahan berhala. Reaksi penolakan itu bahkan sempat diwarnai keputusan pemerintah untuk mendenda siapa pun yang memasang pohon cemara sebagai pohon Natal.

Hal itu mulai berubah, saat gambar Ratu Victoria dari Inggris, Pangeran Albert dari Jerman dan anak-anaknya dengan latar pohon cemara, diilustrasikan di London News. Karena sosok Victoria yang sangat populer, pemuatan gambar itu di media massa pun membuat pohon cemara menjadi lazim sebagai Pohon Natal.

Kata Bible tentang Pohon Natal

Bagaimana pandangan Bibel tentang Pohon Natal, atau pandangan para murid Yesus atau bapak-bapak geraja awal ?. Jawabannya sungguh sangat mengejutkan bagi kalangan Kristen sendiri. Sebagaimana yang dikatakan Bibel (Alkitab) pada kitab Yeremia 10:2-4 yang berbunyi sebagai berikut:

“Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan.” “Bukankah berhala itu pohon yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang.”(Yeremia 10:2-4)

Pada ayat ke Tiga disebutkan “Bukankah berhala itu pohon yang ditebang orang dari hutan,”. Mirip sekali dengan 2 kisah asal muasal Pohon Natal diatas, baik St. Bonifasius maupu Martin Luther menjelaskan bahwa Pohon Natal berasal dari  hutan, Kisah Martin Luther lebih jelas lagi, Ia membuat Pohon Natal dari  Pohon Cemara yang ditebang dari hutan.

Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang (Yeremia 10:4)

Pohon Natal dihias sedemikian rupa agar cantik saat dilihat, warna warna emas dan perak adalah warna yang umum dugunakan untuk mempercantik Pohon Natal,  bahkan Pohon Natal dari emas pun pernah dibuat seperti yang terdapat pada Hotel Emirates Palace di Abu Dhabi, bukankah apa yang dilakukan oleh orang nasrani ini sangat mirip dengan kepercayaan penyembah berhala seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut?

Itulah keterangan yang jelas dari Bibel tentang pohon Natal. Orang Nasrani dilarang mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa penyembah berhala. Sebab hal itu merupakan perbuatan yang sesat menyekutukan Tuhan. Pada ayat kelima dijelaskan bahwa:

“Pohon itu tidak bisa berbicara, dan orang harus mengangkatnya, karena ia tidak bisa berjalan sendiri.” “Janganlah takut kepadanya, sebab ia tidak dapat berbuat jahat, juga tidak dapat berbuat baik.”( Yeremia 10:5)

Sebab mereka bukanlah dewa yang harus ditakuti. Bagi mereka yang tidak pernah membaca atau yang melupakan ayat ini, beranggapan bahwa tidak ada larangan untuk membuat pohon Natal. Tetapi jika telah membacanya, apa yang harus dikatakan?

Parayaan Natal bukanlah ajaran Yesus, dan Yesus juga tidak lahir pada tanggal 25 Desember, begitujuga dengan adanya Pohon Natal yang sudah jelas terbukti merupakan kebiasaan penyembah berhala, informasi ini sebenarnya sudah lama banyak didengar oleh mereka,  namun anehnya kaum Nasrani masih saja merayakannya. Apakah hati mereka sudah benar-benar tetutup terhadap kebenaran?
http://kristolog.com/2014/12/28/asal-usul-pohon-natal/
Diterbitkan Oleh: http://a081999.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar